Bayangkan! Jika tidak ada pedagang gorengan, saya pastikan malam ini kita tidak akan menikmati gorengan. Apalagi hawa dingin malam ini diiringi gerimis. Tentu gorengan dan secangkir kopi menjadi hidangan istimewa malam ini.
Dalam hari-harinya pedagang gorengan terus bekerja, bekerja, dan bekerja. Karena ke depan tidak memiliki kepastian. Entah rejeki akan bertambah, sama dengan hari sebelumnya, atau malah lebih buruk lagi: berkurang dibanding hari ini. Kegigihan dan keuletan sangat dibutuhkan.
Menjadi pedagang bukanlah status kelas dua di mata masyarakat. Padahal, jika sebagian besar masyarakat Indonesia mau menjadi pedagang, maka negara ini akan bertumbuh, dan siap dilepas menjadi negara maju. Bank Dunia menyebutkan, cukup 2% pedagang/pengusaha/businessman dari total penduduk, maka suatu negara akan siap menjadi negara maju.
Miris, data dari Kemenpora dalam @republikaonline yang menyebutkan 47,10% pengangguran adalah pengangguran terdidik, punya ilmu, bersekolah, ada pula yang sarjana. Andai saja 1/10 saja dari jumlah diatas disiapkan menjadi pedagang, maka dipastikan kehidupan dan penghidupan mereka akan drastis berubah.
Hal yang paling penting diubah segera adalah pola pikir Pedagang sebagai generasi kelas dua patut dihapuskan. Menjadi pedagang adalah menjadi solusi. Solusi bagi mereka yang memiliki masalah. Menjadi pelengkap bagi yang membutuhkan.
Seperti kata Jusuf Kalla: "Berdagang itu Mulia"
Powered by Telkomsel BlackBerry®
No comments:
Post a Comment